Kamis, 29 Oktober 2009

PARTAI GOLKAR DAN SUARA TUHAN

PARTAI Golongan Karya salah satu partai politik yang besar di Indonesia saat ini, terkenal dan dikenal seluruh lapisan masyarakat hingga tingkat paling bawah (grass root). Partai Golkar, awalnya adalah Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sejber Golkar) di akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Sekber Golkar didirikan pada tanggal 20 Oktober 1964 atas dorongan TNI Angkatan Darat. Terpilih sebagai Ketua Brigjen Djuahartono.
Sekber Golkar lahir untuk menandingi PKI berserta Ormasnya dalam kehidupan politik saat itu, dan sebagai wadah golongan fungsional dan lainnya yang tidak berada dibawah pengaruh politik tertentu saat itu. Anggota Sekber Golkar semula beranggotakan 61 organisasi, yang kemudian berkembang pesat hingga mencapai 291 oraganisasi. Hal ini dimungkinkan, karena adanya kesamaan visi dan misi diantara masing-masing anggota organisasi yang terhimpun di dalamnya. Yaitu. untuk menegakkan Pancasila dan UUD 1945 dengan tetap di dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Oraganisasi anggota Sekber Golkar tersebar di seluruh Nusantara, yang kemudian dikelompokkan berdasarkan kekaryaannya ke dalam tujuh Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu: Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO), Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR), Organisasi Profesi, Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM), Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI), dan Gerakan Pembangunan.
Seiring dengan perkembangan jaman, Sekber Golkar berubah menjadi Golongan Karya dan termasuk salah satu organisasi peserta Pemilu. Tahun 1971 adalah Pemilu pertama di era pemerintahan Orde Baru dibawah pimpinan Presiden Soeharto, dan Golongan Karya tampil sebagai pemenang. Pada Pemilu berikutnya masih di era Pemerintahan Orde Baru, tepatnya tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan tahun 1997 Pemilu tetap dimenangkan oleh Golongan Karya.
Mengapa Golongan Karya sangat solid saat itu ? Kebijakan pemerintahan Soeharto sangat mendukung kemenangan Golongan Karya dalam setiap Pemilu, khususnya monoloyalitas PNS, kelurga TNI, POLRI, dan lainnya dikerahkan untuk memenangkan Golkar saat itu.
Pasca pemerintahan Soeharto dan reformasi digulirkan, kelompok reformis menginginkan perbuhan Golongan Karya menjadi partai politik. Dengan begitu, Para elit Golongan Karya melakukan reformasi di internal organisasi, yaitu Golongan Karya berubah wujud menjadi “Partai Golkar” yang kedudukannya sama dengan partai politik peserta pemilu lainnya, dan tidak lagi ada campur tangan dari penguasa yang tengah berkuasa baik di tingkat pusat maupun di daerah.
Pemilu tahun 1999 yang diselenggarakan oleh Presiden BJ Habibie, Partai Golkar untuk pertama kalinya mengikuti Pemilu dengan tanpa ada kebijakan yang berarti seperti sebelumnya di era pemerintahan Soeharto. Perolehan suara Partai Golkar menjadi peringkat kedua setelah PDI-P.
Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif tahun 2004, Partai Golkar menjadi pemenang dengan meraih suara 24.480.757 suara atau 21,58% dari keseluruhan suara sah.
Kini, Partai Golkar dipimpin oleh Drs. H. Muhammad Yusuf Kalla sebagai Ketua Umumnya, yang juga sebagai Wakil Presiden saat ini. Sebelumnya jabatan Ketua Umum DPP Partai Golkar dijabat oleh Ir. H. Akbar Tanjung.
Pemilu tahun 2009 ini Partai Golkar akan mengikuti pesta demokrasi untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Partai Golkar menjagokan Muhammad Yusuf Kalla dengan Wiranto (JK-WIN) sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden, akan bertarung dengan calon Presiden dan Wakil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Boediono (SBY-BERBUDI) dari Partai Demokrat dan Megawati Soekarno Putri dengan Prabowo Subianto Djojohadikusuma (MEGA-PRO) dari partai PDI-P.
Bagi warga Negara yang sudah wajib pilih supaya berbondong-bondong datang ke TPS menggunakan hak pilihnya tepatnya tanggal 8 Juli 2009. Karena bagaimana pun calon Presiden dan Wakilnya yang terpilih periode 2009-2014 yang akan datang, sangat menentukan “baik buruknya” nasib bangsa ini untuk lima tahun ke depan.
Sejatinya, nama calon yang akan terpilih sebagai pemenang maupun yang kalah sudah ada ditangan-Nya. Para pakar politik, hanya bisa memprediksi dan menganalisis calon pemenang. Tetapi mereka tidak bisa memastikan siapa dan dari partai mana pemenangnya. Pena telah kering (sudah ada takdirnya) terhadap apa yang kamu jumpai” (HR. Bukhari). Adalah setiap kejadian di muka bumi ini atas kehendak-Nya semata “Bahwasanya Kami menciptakan segala sesuatu dengan qadar” (QS. al-qamar: 49).
Rasul Allah yang suci telah mengajarkan kepada kita melalui sabdanya, “Allah telah menulis takdir-takdir makhluk (sejak) lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi”, demikian hadits riwayat sahih Muslim.
Jadi, Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih melalui suara rakayat adalah atas kehendak-Nya. Bahwasanya tidak dikatakan beriman jika tidak mengimani takdir baik (khair) maupun takdir buruk (syar), demikian hadits riwayat Sunan Turmudzi. Maka ada benarnya jika orang mengatakan suara rakyat adalah suara Tuhan. (Disarikan dari berbagai sumber)
H. Mansyur, anggota asosiasi guru penulis PGRI Provionsi Jawa Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar