Selasa, 01 Desember 2009

AIR SUMBER KEHIDUPAN

VOLUME seluruh air di muka bumi mencapai 1.400.000.000 km3: 97% air asin dan sisanya hanya 3% tergolong tawar yang bercampur dengan es atau glacier yang terdapat di kutub utara dan sebagian lainnya berupa uap air. Jadi, air tawar yang diakses untuk kebutuhan hidup umat manusia, besarannya tidak lebih 1% dari total air secara keseluruhan.
Meskipun disekitar kita terlihat banyak air, namun tidak bisa dikonsumsi secara langsung, karena kadar garamnya sangat tinggi, sehingga sebagian masyarakat sangat sulit untuk mendapatkan air tawar yang sesuai dengan standar kesehatan nasional.
Air tawar berasal dari siklus air (siklus hidrologi) secara alami yang perubahan airnya bersifat konstan, bergerak dalam satu lingkarang (siklus) air, uap, awan, dan salju. Hal itu, air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dan jika dikelola secara profesional tidak akan pernah habis hingga akhir jaman. Seiring dengan itu, manusia makhluk hidup yang paling sempurna, dilengkapi dengan akal sehat yang mampu bekreasi dituntut untuk mengelola dan menggunakan air dengan benar. Dengan harapan, kelangsungan hidup umat manusia tidak terancam akan ketiadaan air bersih sepanjang hidupnya.
Lalu, mengapa pembagian dan pemanfaatan air bersih setiap tahunnya seringkali muncul kepermukaan menjadi sumber emosi yang bermuara pada pertikaian? Karena, air bersih yang bermutu bagus semakin sulit diperoleh, seiring dengan pertumbuhan penduduk selaku pengguna air terus bertambah.
Hal itu pula, adalah hampir separoh penduduk dunia telah menderita berbagai jenis penyakit, akibat ketiadaan air bersih. Menurut organisasi kesehatan dunia, kini lebih kurang 2 miliar orang menyandang resiko menderita penyakit diare yang diakibatkan oleh air dan makanan, yang dengannya telah membawa korban jiwa lebih kurang 5 juta anak manusia setiap tahunnya.
Air sebagai anugerah
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu dengan air itu Kami tumbuhkan tanaman yang darinya binatang-binatang mereka dan diri mereka makan. Tidakkah mereka memperhatikan?” (al-Sajadah: 27)
“Apakah kamu tidak melihat bahwa Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya?” (Fatir: 27) “…dan dari air Kami jadikan semua yang hidup...” (al-Anbiya: 30)
Jadi, air termasuk kekayaan alam yang Sang Khalik anugerahkan kepada makhluk-Nya untuk kehidupan seluruh makhluk hidup. Adalah seluruh makhluk hidup sangat berkepentingan kepada air. Sebab, air merupakan unsur yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan bagi kehidupan makhluk hidup.
Manusia mampu bertahan hidup tanpa makan untuk beberapa minggu, tetapi jika mereka tidak minum dalam beberapa hari mereka akan mati. Air adalah sumber kehidupan, dan dari air pula seluruh makhluk hidup diciptakan.
Tanah yang tandus menjadi subur, lalu menumbuhkan tanaman yang berguna bagi kehidupan makhluk-Nya untuk kesejahteraan umat manusia. Hal itu pula, kesejahteran kelompok masyarakat, dapat diukur dari kuantitas air bersih yang dikonsumsi.
Negara-negara maju dibelahan dunia ini, kebutuhan air bersih selalu menjadi topik pembahasan utama penyediaannya. Baik yang dikelola oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. Sebaliknya, bagi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, kebutuhn air bersih belum tercukupi bagi seluruh warga. Sehingga, mayoritas masyarakat harus mencari sendiri sumber air dari sumber-sumber lain yang langsung disediakan oleh alam.
Hal ini, dapat kita saksikan mayoritas penduduk di pedesaan, perkampungan dan khususnya daerah yang paling terpencil. Mandi Cuci Kakus (MCK) mereka di sungai, dan masih bagus, jika menggunakan air yang mengalir dari pegunungan sebagai sumber mata air. Lebih celakanya lagi, masih terlihat dengan jelas banyak yang menggunakan air sungai yang sumber airnya dari pengairan bercampur dengan limbah dari perumahan, dan bahkan MCK-nya bercampur dengan sapi sebagai hewan piaraan mereka.
Kebutuhan air
Pertumbuhan dan perkembangan wilayah perkotaan, seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk terus meningkat secara signifikan. Fenomena itu, hingga kini masih sangat fenomenal, bahwa kebutuhan air bersih juga harus meningkat. Lalu, apakah kebutuhan air bersih tersebut dapat terpenuhi ? Kini, banyak masyarakat yang mencari sendiri sumber air bersih dengan cara mengebor tanah. Masalahnya adalah, kota-kota besar yang penduduknya sangat padat seperti Jakarta Pusat, Bandung Raya, dan kota-kota besar lainnya, air tanahnya sudah tidak sehat. Sanitasi lingkungan yang buruk membuat terjadinya pencemaran air tanah oleh tinja, logam dan bahan-bahan lainnya.
Perubahan kadar air dikarenakan oleh tangan-tangan manusia dan/ atau prosesi alam, akibatnya kualitas air menurun hingga pada tingkat tertentu yang dengannya tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Hal ini pula, kebanyakan dari kita mempunyai kebiasaan buruk dalam hal membuang sampah. Seperti membuang sampah ke laut, ke sungai dan ke danau tanpa proses pengolahan, yang dengannya lambat tapi pasti menjadi ancaman bagi lingkungan.
Demikian pula pencemaran sektor industri, air buangannya langsung ke sungai dapat mencemari lingkungan laut, dan bahkan kadang-kadang dibiarkan meresap ke dalam sumber air tanah.
Ada dua faktor sebagai pemicu terjadinya kerusakan sumber daya air: Pertama perubahan iklim, terjadinya pemanasan global yang diakibatkan oleh peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK). Gas jenis ini berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, kebakaran hutan dan nuklir. Keseluruhan gasnya, kemudian membentuk lapisan yang dapat menghambat pancaran panas di bumi. Yang sangat dikhawatirkan jika terjadi perubahan iklim, yaitu naiknya permukaan laut dan meningkatnya frekwensi dan intensitas badai. Dengan naiknya permukaan laut berarti turunnya permukaan tanah, yang dengannya berakibat penyusupan (intrusi) air laut yang dapat mengkontaminasi air tawar.
Seputar tahun 1970-an di beberapa negara maju terjadi hujan asam, yaitu hujan air dengan kadar pH di bawah 5,6. Air dengan keasaman dibawah itu, dapat menyebabkan kerusakan hutan, mengkaratkan logam (jembatan, bangunan, rel kereta api, tiang listrik, tiang telepon dll). Yang paling berpengaruh buruk kepada kesehatan, adalah terjadinya keasaman air sungai dan danau yang airnya dikonsumsi oleh masyarakat sekitar.
Kedua hutan gundul, keberadaan hutan merupakan faktor utama dan sangat penting dalam menopang kehidupan makhluk hidup di muka bumi, hutan yang lebat dapat memberikan kestabilan tanah dan mampu menyerap pemanasan global. Keberadaan hutan membuat air hujan terdistribusikan secara merata, dan dapat mencegah terjadinya penumpukkan air yang menyebabkan banjir dan tanah longsor.
Selain itu, hutan sebagai tempat bersarang dan pusat kehidupan beragam jenis flora dan fauna. Jadi kerusakan hutan, membuat air hujan yang turun dan menaglir sampai jauh, hanya sebatas “numpang lewat” tidak bisa meresap ke dalam tanah, sehingga tidak bisa memberikan kontribusi apa-apa “secuilpun” bagi kehidupan umat manusia.
Antisipasi banjir
Ada banyak yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir: 1) Melakukan penghijauan atau reboisasi khususnya wilayah yang tandus, tujuan utamanya untuk mempertinggi kapasitas peresapan air dan mencegah tanah longsor. Maka, perluasan hutan mutlak diperlukan agar air hujan dapat terserap dengan baik. 2) Pembuatan sumur-sumur resapan air hujan di lingkungan perumahan sebanyak mungkin, khususnya kawasan perkotaan yang tertutup dengan aspal, semen dan perumahan, menyebabkan air hujan langsung mengalir tanpa diserap oleh tanah.
Tersedianya resapan air yang memadai, sangat membantu bagi penduduk yang menggunakan air sumur, dan bahkan sangat berguna bagi kesuburan tanah. 3) Pembuatan dan pemeliharaan saluran air, adalah suatu keharusan bagi setiap warga, saluran yang tidak dipelihara dengan baik dapat menimbulkan genangan air. Jika dibiarkan dapat merusak pemukiman. Karenanya, kita semua seharus sadar akan pentingnya keberadaan saluran air yang terpelihara sepanjang hayat. Dengan tetap memperhatikan kebersihan lingkungan secara rutin, seraya membudayakan membuang sampah pada tempatnya. Jika hal ini dapat direalisasikan oleh kita semua. Maka benar, air merupakan sumber kehidupan, dan bukan sebaliknya menjadi sumber malapetaka.
Hal ini dilakukan, karena kita semua mempunyai akal sehat dan otak yang sangat luar biasa, mampu membedakan (al-furqan) antara yang haq dan bathil. Adalah hanya manusia yang mampu melakukan akan hal itu. “Kamu lebih mengerti urusan dunia kalian”, demikian sabda Rasul***.
*) H. Mansyur: Anggota asosiasi guru penulis PGRI Provinsi Jawa Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar